Home

Senin, 23 Agustus 2010

Klasifikasi dan Pengendalian Persediaan

Halo ketemu lagi ya kita.... :)
kali ini saya mau berbagi mengenai Persediaan Barang sesuai dengan materi waktu kuliah dulu.
Mulai...

Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual. Deskripsi dan pengukuran persediaan membutuhkan kecermatan karena investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar pada perusahaan dagang (ritel) dan manufaktur.
Perusahaan dagang (merchandising concern) biasanya membeli barang dagang dalam bentuk yang siap untuk dijual.
Perusahaan manufaktur (manufacturing concern) memproduksi barang yang akan dijual kepada perusahaan lain. Umumnya perusahaan manufaktur memiliki tiga akun persediaan;Bahan Baku, Barang dalam proses, Barang jadi.

Biaya yang dibebankan ke barang dan bahan baku yang ada ditangan tetapi belum dialihkan ke produksi dilaporkan sebagai persediaan bahan baku (raw material inventory)
Bahan baku merupakan bahan-bahan yang secara langsung dapat ditelusuri ke produk akhirnya.
Dalam proses produksi, biaya bahan baku untuk produk yang telah dikerjakan tapi belum selesai ditambah biaya tenaga kerja langsung yang diaplikasikan ke bahan baku ini dan biaya overhead yang dialokasikan, disebut persediaan barang dalam proses (work in process inventory).
Biaya yang berkaitan dengan produk yang telah selesai tetapi belum dijual pada akhir periode fiskal dilaporkan sebagai persediaan barang jadi (finished goods inventory).

Pengendalian Persediaan
Manajemen sangat berkepentingan dengan perencanaan dan pengendalian persediaan. Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang update merupakan hal yang sangat penting. Jika pos-pos yang belum terjual telah menumpuk dalam persediaan, maka perusahaan akan menghadapi kemungkinan kerugian. Penjualan dan pelanggan bisa hilang jika produk-produk yang dipesan tidak tersedia dengan model, kualitas, dan kuantitas yang diinginkan.
Perusahaan juga harus memonitor tingkat persediaan secara baik untuk membatasi tingkat pembiayaan akibat banyaknya timbunan persediaan (over stock).

Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem Perpertual(perpetual inventory system)

Dalam sistem ini bahwa setiap catatan yang berkelanjutan menyangkut perubahan persediaan dicerminkan kedalam akun Persediaan artinya setiap transaksi/kejadian yang berhubungan dengan nilai persediaan akan dicatat langsung pada akun Persediaan pada saat terjadi.
Karakteristik sistem perpetual :
- Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk proses
produksi didebet ke Persediaan dan bukan Pembelian
- Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga serta potongan
pembelian dicatat dalam akun Persediaan bukan dalam akun terpisah.
- Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun Harga
Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan.
- Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu berisi
catatan persediaan individual, yang memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap
jenis persediaan yang ada.

Dalam sistem perpetual menyediakan catatan berkelanjutan tentang saldo baik dalam akun Persediaan maupun akun Harga Pokok Penjualan.

Dalam sistem terkomputerisasi, mutasi persediaan dicatat secara langsung. Kemampuan software akuntansi telah membuat sistem perpetual menjadi hemat biaya bagi banyak jenis perusahaan. Contoh sistem terkomputerisasi yaitu aplikasi MYOB.

Sistem Periodik (periodic inventory system)

Kuantitas persediaan ditentukan secara periodik seperti yang tersirat (sesuai yang ada). Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun Pembelian. Total akun Pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan ditangan awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan.Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir untuk menentukan harga pokok penjualan.

Dalam sistem periodik harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada hasil perhitungan persediaan akhir secara fisik.
Perhitungan fisik persediaan(physical inventory count) yang diharuskan sistem ini dilakukan sekali setahun, tiap akhir tahun. Akan tetapi banyak perusahaan membutuhkan informasi mutakhir mengenai tingkat persediaan untuk melindunginya dari stockout atau over purchasing sehingga sistem periodik dianggap tidak efektif.

Apapun jenis catatan persediaan yang digunakan atau betapa pun baiknya prosedur pencatatan pembelian dan pesanan, namun selalu ada bahaya kesalahan dan kerugian. Pemborosan, kerusakan, pencurian, pencatatan ayat jurnal yang tidak benar, dll menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan aktual ditangan. Hal ini memerlukan pengujian periodik atas catatan persediaan melalui perhitungan aktual, penimbangan atau pengukuran. Perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan catatan persediaan yang terinci, catatan ini harus dikoreksi jika terdapat perbedaan nilai persediaan (deviasi).

Masalah Penilaian Tambahan:
Persediaan dapat dicatat pada biaya awalnya, akan tetapi penyimpangan yang besar terhadap prinsip biaya historis bisa dilakukan jika nilai persediaan menurun dari biaya awalnya. Perubahan nilai persediaan dapat disebabkan:
-Keusangan
-Perubahan tingkat harga
-Kerusakan, dlll

Apapun alasannya nilai persediaan harus diturunkan untuk mencerminkan kerugian ini dan memberikan nilai yang pasti terhadap keadaan persediaan yang sebenarnya.
Persediaan yang mengalami penurunan mamfaat masa depan akan dinilai berdasarkan nilai terendah antara biaya dan harga pasar (lower of cost or market) bukan berdasarkan biaya awal. Biaya atau harga pokok(cost) adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis, yaitu:
-Identifikasi Khusus
-Biaya Rata-rata
-FIFO
-LIFO

Istilah pasar (market) dalam hal ini "nilai terendah antara biaya dan harga pasar" yang berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi.
Jadi aturan ini sebenarnya berarti bahwa barang harus dinilai berdasarkan biaya atau biaya pengganti, mana yang lebih rendah.
Penyimpangan dari biaya historis dapat dibenarkan karena hilangnya mamfaat harus dibebankan terhadap pendapatan periode dimana kehilangan itu terjadi, bukan pada periode penjualan.

wah sedikit sulit memahaminya, pasti bisa kalau membacanya dengan pemahaman yang baik..
:)

6 komentar:

  1. asik nih ada bu dosen jadi blogger hehehe, makasih mbak infonya saya tunggu postingan berikutnya..horas

    BalasHapus
  2. ngerti horas jg ya mas? hehee ;))
    oke dech.. makasih juga sdh berkunjung ya..

    BalasHapus
  3. artikelnya sangat menarik nih nambah pengetahuan buat saya, salam kenal yh sekalian saya follow juga, di tunggu baliknya

    BalasHapus
  4. wah, melongo neh Mbak... hehehehe
    nggak ngerti neh ilmu2 sebangsa ekonomi gini ya... :-)

    BalasHapus
  5. @علي عفيفiya nich mas, maklum postingannya masih seputar materi kuliah, biar ga lupa juga. lain waktu saya coba post mengenai hal lain ya..makasih sudah berkunjung. salam kenal
    :)

    BalasHapus
  6. ..wah lulusan Fe tho..ni..salam kenal ya dan ijin follow..

    BalasHapus

Terima kasih, komentar anda sangat berarti bagi saya. Isi pendapat anda tentang blog ini.
Blogroll untuk tukaran link.